2 Mar 2014

tujuan kita semua sama..

"Begitu mih kalo tidak ada yang mau mengalah. Belum pi selesai pertengkarannya, jalan ma saya pergi tinggalkan itu kerumunan. Terserah mereka saja mau ngaturnya gimana. Toh di Indonesia memang gitu, semua bisa diatur."

. . .

Begitulah akhir cerita saya kepada seorang teman ketika menceritakan sebuah kecelakaan lalu lintas yang saya saksikan malam sebelumnya.

Oh, mau diceritakan juga??

Ya udah, sini saya ceritakan lagi.

Waktu itu hari rabu malam. Sekitar jam 11 lah. Saya baru pulang abis maen ke rumah teman. Rumahnya di sekitaran panakkukang. Lalu lintas lumayan lengang waktu itu. Yang speed freak bisa lah nembus 80 kpj, jalanan lebar plus lengang, oke lah buat kebut-kebutan. Pas sampe di pertigaan boulevard-pettarani, lampu traffic memang biasanya sudah mati kalo jam segitu, padahal ini pertigaan jalan besar lho. Pelan-pelan saya majukan motor sejajar dengan pertigaan jalan. Kalo lagi kosong, maju lagi dikit, kosong lagi, maju lagi dikit. Belum sampe melewati pertigaan, ada suara gedubrak dari arah depan, tepat setelah pertigaan. Sepertinya ada tabrakan ini.

Pas lewat pertigaan eh benar ada tabrakan. Sebuah motor matic modif dual-purpose sudah tergeletak di tengah jalan. Pengendaranya sempoyongan menepi, trus baring di separator jalan. Saya membantu menepikan motornya. Sepuluh meter di depan, ada mobil hatchback honda warna hitam, menepi juga. Si pengendara motor teriak sambil menahan sakit "woi, janko lari woi!!!". Memang dia tidak lari, mas, dia nyetir. *ehh

Mungkin si pengendara mobil mendengar teriakan tadi, tiba-tiba dia turun, mendekati si pengendara motor. Belum sampai mereka berhadapan, si pengendara motor teriak lagi, "Kenapa kau tabrakka?? Nda liat weserku kah?". Si pengendara mobil balas teriak juga, "Weh, kau yang tabrakka. Liat itu penyok mih mobilku. Awasko nah, banyak2 kau ganti itu". Dan teriakan-teriakan lainnya menyusul setelahnya. Orang-orang yang lewat sudah mulai berkerumun menjadi penonton arogansi keduanya.

Ya begitu lah inti ceritanya, tidak perlu saya ceritakan panjang lebar lagi. Bukannya saling respek satu sama lain, mereka malah menunjukkan sikap arogan. Memang kelihatannya si motor yang menabrak, penyok bodi mobil ada di samping kanan, bukan di depan. Tapi keduanya salah. Si motor belok tidak memperhatikan si mobil, si mobil juga tidak awas dengan kehadiran si motor secara tiba-tiba.

Kita hidup di dunia ini hampir sama seperti lalu lintas di jalan raya. Kadang kita harus mengalah agar tidak celaka. Kalo tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang sampai ke tujuannya. Kalo celaka seperti di atas, ya introspeksi diri lah, jangan saling menyalahkan. Dua orang yang berdebat itu karena dua-duanya menganggap dirinya benar. Pada akhirnya tidak ada yang sampai ke tujuannya tepat waktu kan, baik yang terlibat langsung, maupun yang sekedar menonton, tertunda semua pulangnya. ckck

Tujuan kita semua sebenarnya sama. Di jalan tujuan kita rumah, di hidup tujuan kita surga. So, be carefull.