20 Apr 2014

Media sosial sebagai . . .

Hmmm.. Kapan terakhir saya nulis di blog sebelum tulisan ini? Aduh, sudah lama kayaknya. Sampai-sampai saya juga lupa kapan tepatnya. Bukan lupa nulis, pensiun nulis, dsb, tapi ya mungkin kemarin-kemarin belum dapat momen yang pas buat nulis. Tapi sekarang sepertinya juga bukan momen yang pas deh, cuma nulis-nulis aja, sambil bersihin blog dari sarang laba-laba yang sudah memenuhi langit-langit dan dari debu yang sudah setebal 5 senti. Waw..

Oh iya, yang bikin deselerasi jumlah postingan kali ini sebenarnya sebabnya cuma satu: kesibukan. Saya yang dulu sudah beda sama saya yang sekarang (lebay). Maksudnya statusnya sudah beda. Tapi tenang, di KTP statusnya masih lajang kok (bahas apasih). Iya, sekarang saya sudah kerja. Tau sendiri kan bedanya orang kerja sama orang nganggur. Dulu sehari bisa tiga kali nyalain laptop, sekarang tiga hari sekali baru nyalain laptop lagi. Tapi gantengnya tetep kok. Malahan nambah, kalo ID card-nya terpasang.

Tapi kesibukan bukan berarti meninggalkan semua yang tidak berbau kerjaan, seperti media sosial. Buat saya, media sosial tetaplah media sosial (iya lah). Media sosial itu bagaikan pariwara yang akan selalu ada di tayangan Indonesian Idol. Pas lagi tegang-tegangnya nungguin si Daniel nyebutin siapa yang bakal dieliminasi, eh tiba-tiba iklan. Ya emang harus gitu, kalo nggak penonton mungkin bakal jantungan. Acara rating-nya bakal nge-drop. Pemasukan dari sponsor, dari iklan, nggak ada. Hadiah buat peserta, biasa-biasa aja karena nggak ada yang sponsorin. Ujung-ujungnya, tontonannya nggak seru.

Begitu lah. Jadikanlah media sosial sebagai tempat untuk menarik nafas sejenak. Sebagai waktu untuk minum seteguk kesegaran disela-sela ketegangan kerjaan. Sebagai sofa yang empuk untuk menyandarkan diri sejenak dan melepaskan semua beban. Supaya setelah iklan, acara yang ditonton tetap seru, kita sebagai penonton juga tetap semangat melanjutkan tontonan.

Mungkin perumpamaannya agak rancu ya. Tapi maklum saja lah, mungkin pengaruh kerjaan. Kerjanya ya nonton Indonesian Idol. *ehh xD

2 Mar 2014

tujuan kita semua sama..

"Begitu mih kalo tidak ada yang mau mengalah. Belum pi selesai pertengkarannya, jalan ma saya pergi tinggalkan itu kerumunan. Terserah mereka saja mau ngaturnya gimana. Toh di Indonesia memang gitu, semua bisa diatur."

. . .

Begitulah akhir cerita saya kepada seorang teman ketika menceritakan sebuah kecelakaan lalu lintas yang saya saksikan malam sebelumnya.

Oh, mau diceritakan juga??

Ya udah, sini saya ceritakan lagi.

Waktu itu hari rabu malam. Sekitar jam 11 lah. Saya baru pulang abis maen ke rumah teman. Rumahnya di sekitaran panakkukang. Lalu lintas lumayan lengang waktu itu. Yang speed freak bisa lah nembus 80 kpj, jalanan lebar plus lengang, oke lah buat kebut-kebutan. Pas sampe di pertigaan boulevard-pettarani, lampu traffic memang biasanya sudah mati kalo jam segitu, padahal ini pertigaan jalan besar lho. Pelan-pelan saya majukan motor sejajar dengan pertigaan jalan. Kalo lagi kosong, maju lagi dikit, kosong lagi, maju lagi dikit. Belum sampe melewati pertigaan, ada suara gedubrak dari arah depan, tepat setelah pertigaan. Sepertinya ada tabrakan ini.

Pas lewat pertigaan eh benar ada tabrakan. Sebuah motor matic modif dual-purpose sudah tergeletak di tengah jalan. Pengendaranya sempoyongan menepi, trus baring di separator jalan. Saya membantu menepikan motornya. Sepuluh meter di depan, ada mobil hatchback honda warna hitam, menepi juga. Si pengendara motor teriak sambil menahan sakit "woi, janko lari woi!!!". Memang dia tidak lari, mas, dia nyetir. *ehh

Mungkin si pengendara mobil mendengar teriakan tadi, tiba-tiba dia turun, mendekati si pengendara motor. Belum sampai mereka berhadapan, si pengendara motor teriak lagi, "Kenapa kau tabrakka?? Nda liat weserku kah?". Si pengendara mobil balas teriak juga, "Weh, kau yang tabrakka. Liat itu penyok mih mobilku. Awasko nah, banyak2 kau ganti itu". Dan teriakan-teriakan lainnya menyusul setelahnya. Orang-orang yang lewat sudah mulai berkerumun menjadi penonton arogansi keduanya.

Ya begitu lah inti ceritanya, tidak perlu saya ceritakan panjang lebar lagi. Bukannya saling respek satu sama lain, mereka malah menunjukkan sikap arogan. Memang kelihatannya si motor yang menabrak, penyok bodi mobil ada di samping kanan, bukan di depan. Tapi keduanya salah. Si motor belok tidak memperhatikan si mobil, si mobil juga tidak awas dengan kehadiran si motor secara tiba-tiba.

Kita hidup di dunia ini hampir sama seperti lalu lintas di jalan raya. Kadang kita harus mengalah agar tidak celaka. Kalo tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang sampai ke tujuannya. Kalo celaka seperti di atas, ya introspeksi diri lah, jangan saling menyalahkan. Dua orang yang berdebat itu karena dua-duanya menganggap dirinya benar. Pada akhirnya tidak ada yang sampai ke tujuannya tepat waktu kan, baik yang terlibat langsung, maupun yang sekedar menonton, tertunda semua pulangnya. ckck

Tujuan kita semua sebenarnya sama. Di jalan tujuan kita rumah, di hidup tujuan kita surga. So, be carefull.

19 Feb 2014

Postingan yang absurd dan tidak menarik..

Akhir-akhir ini bahas cinta melulu ya? Ya, wajar lah. Yang nulis emang lagi jatuh cinta (kalo jatuh cinta ngaku, kalo galau nggak mau ngaku). Tapi ya mau gimana lagi, emang lagi jatuh cinta kok.. ciyus.. enelan.. Jatuh cinta sama siapa? Ada deh. Gadis portugis.. *ehh

Sebenarnya gak ada yang salah dari jatuh cinta. Ya kecuali kalo kau jatuh cinta sama suami/istri orang. Kalo sama pacar orang sih gak apa-apa. Toh lebih gampang merebut hati seseorang yang sudah punya pacar daripada yang jomblo. Alasannya, kalo yang sudah punya pacar sainganmu cuma satu, pacarnya. Tapi kalo yang jomblo, wah, sainganmu banyak bro. Kau kan tidak tahu sama siapa saja dia sedang dekat. Ahahahaha.. 

Buat yang sudah punya pacar, hati-hati bro. Apalagi kalo yang lagi LDR-an, harus lebih hati-hati lagi bro. Tuhan Maha Memutarbalikkan Hati dan Perasaan (lagi). "Yang di hati" bisa digantikan oleh "Yang ada". "Yang ada" bisa digantikan oleh "Yang siap".
Itu!

13 Feb 2014

SPG samsat..

Tadi siang abis maen-maen ke samsat. Itu lho, tempat urus pajak kendaraan. Pas lagi nunggu, tiba-tiba ada dua orang cewek masuk dari pintu belakang gedung. Ceweknya cantik, putih, tinggi semampai, pake baju terusan warna hitam dengan rok pendek yang jauh di atas lutut. Pokoknya ala-ala model gitu. Yang cowok, pasti lah menatap ke arah cewek tadi, tidak terkecuali mereka yang datang bawa pasangan (bukan menjadikan samsat sebagai tempat pacaran, tapi ya ada juga kan cewek yang nemenin cowoknya urus STNK).

Awalnya, kukira mereka adalah pengunjung biasa seperti saya yang sedang mengurus pajak kendaraannya. Hebat juga nih cewek, cantik-cantik tapi mau juga susah-susah ngurus yang beginian. Tapi setelah melihat apa yang mereka bawa, wah, ternyata mereka SPG rokok, pemirsa. Pantas aja gayanya kayak gitu, mancing-mancing perhatian cowok supaya mau beli "barang"nya (rokok maksudnya). Logis sih, kalo mau dapat banyak ikan, harus pake pancing yang bagus.

Satu per satu pengunjung samsat didatangi oleh sang SPG. Ya tentu saja yang cowok lah, terutama yang bapak-bapak. Pak polisi yang lagi bertugas pun didatangi, ditawarin rokok.

Tapi saya nggak ditawarin. Mungkin mbak SPG nya ngeliat waktu saya lagi nge-lap ingus tadi, jadi dikiranya masih dibawah umur. xD

3 Feb 2014

kapan ya?

"kau tidak tahu kapan cinta datang mengetuk pintu hatimu."

saya lupa dapat darimana kutipan di atas. tapi sepertinya memang benar arti kutipan tersebut. kita tidak tahu kapan cinta datang, dan siapa sebenarnya cinta yang datang itu. jadi ya buat yang jomblo, sabar aja bro. cinta bakal datang sendiri bagaikan tukang sayur yang selalu mampir ke rumahmu tiap pagi walaupun tidak kau panggil. tidak perlu berharap bahwa cinta akan datang bagaikan pengantar paket TI*I, yang kadang kamu dijanjikan tiga hari namun hingga hari ke empat belum datang2 juga (kalo yang ini pengalaman pribadi sih.. *curcol).

buat yang nggak jomblo, nikmati cinta itu. kau juga tidak tahu kapan cinta itu pergi. tapi tetaplah mencinta, karena tidak ada yang tidak enak dari mencintai. kalo nggak ada lawan jenis yang bisa dicintai, selalu ada Tuhan, orang tua, keluarga, teman-teman, dan bahkan pekerjaan yang masih bisa dan mau dicintai.

dan buat kamu, I LOVE YOU.. :)

21 Jan 2014

separuh jiwaku pergi..

tadi siang hp saya hilang. iya, hilang. hp yang sudah hampir 3 tahun menemani saya kemana pun saya pergi, kecuali ke kamar mandi.

sedih rasanya. sampai-sampai saya tidak tahu lagi mau nulis apa... hiks hiks..

sudah lah. sampe disini saja. toh intinya ya itu tadi, hp nya hilang. hiks hiks..

untuk kronologinya, nanti lah. tapi awalnya . . . . . . . aduh, gak kuat ceritainnya.. hiks hiks..

judulnya lebay banget lagi.. hiks hiks..

hiks hiks.. :'(

18 Jan 2014

sekali-sekali (bahas) galau..

sepertinya mendung yang selalu menghiasi langit, bahkan biasa disertai hujan deras, bahkan bisa sampe sehari semalam, ikut menjadi penyebab kegalauan banyak orang. saya? nda ji. nda terlalu ji. *eh.. xD

sebenarnya apa hubungannya cuaca yang hujan dengan hati yang galau? secara logika psikologisasi (istilah apaan nih?), mungkin cuaca yang mendung menghalangi seseorang untuk beraktivitas. opini bahwa mendung menjadi pertanda akan hujan membuat orang berpikir dua kali untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar, seperti jalan2 keliling kota, bersepeda, joging, dsb. secara aktivitas seperti yang disebutkan di atas memang menyenangkan dilakukan di cuaca yang cerah. mendung saja sudah bikin malas, apalagi kalau sampe hujan. apalagi kalo hujannya seharian. *garuk2 tembok

tapi secara ilmiah, tidak ada hubungan yang positif antara keduanya. mendung, atau bahkan hujan, ya itu kehendak alam, kehendak Tuhan. galau, ya terserah loe. mau hujan kek, mau cerah kek, kalo situasi hati sedang naik turun, tidak stabil, ya galau juga. kasihan saya liat mereka yang galau terus. *pukpukin kamu. iya, kamu.. xD

saya tidak tahu apakah kata galau itu adalah memang bahasa baku yang sudah ada sejak jaman tempoe doeloe, atau cuma bahasa gehol yang baru diperkenalkan lalu tiba2 populer. tapi memang seingat saya, kata galau itu baru muncul saat saya kuliah, sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, oleh mereka yang belakangan dicap sebagai anak alay. alay? nantilah dibahas. saya kurang ngerti. abisnya sudah sembuh sih.. *ups, ketahuan deh.. xD

iya, dulu kata galau lebih sering disebut depresi. depresi, identik dengan kata kecewa. kecewa ya itu, kalau ada keinginan kita yang tidak sesuai dengan harapan. harapan yang sangat jauh berbeda dari apa yang sebenarnya terjadi.

yah, begitulah ringkasan mengenai "galau" yang tiba2 muncul di kepala saya (sakit ka kayaknya deh). bukan berarti saya sedang galau ya. sudah kukatakan tadi, saya tidak.galau. sedikit ji..!!

"bukankah bahagia dan kecewa sebenarnya bisa kita ciptakan sendiri? orang akan merasa bahagia kalau keinginannya tercapai. orang akan merasa kecewa kalau keinginannya tidak tercapai. maka, ini saya, untuk mencapai kebahagiaan sangatlah mudah: jangan pasang keinginan terlalu tinggi. jangan menaruh harapan terlalu banyak."

mengutip kata2 pak dahlan iskan mengenai rasa kecewa dan bahagia di atas, semoga bisa menjadi pedoman buat mereka yang sedang galau di luar sana.

aamiin.. :)