30 Mar 2011

aku dan novel itu..

novel itu buatmu. dari aku. tebalnya gak seberapa dibanding semua koleksi novelmu yang lain. ceritanya juga gak se-romantis dengan novel terbaikmu, atau pun kisah cintamu sekalian. harganya juga tidak seberapa, masih lebih murah dibanding dengan uang jajanmu seminggu, dengan sebuah jalan cerita yang mungkin tidak habis kau baca dalam dua minggu, tiga minggu, atau bahkan lebih dari itu.

tapi setidaknya novel itu dari aku. ada aku dalam 46 chapter di dalamnya. ada aku dalam setiap lembaran jalan cerita indah dan mengindahkan dalam prosa sastranya. ada aku dalam tiap rangkaian kata dan kalimat-kalimat penuh makna, penuh rasa. ada aku dalam satu novel "polos" tanpa nama.

27 Mar 2011

let the time goes by..

andai saja aku adalah chang dalam serial heroes, hari itu mungkin menjadi satu-satunya hari dimana aku akan menggunakan hampir semua kemampuanku untuk mengendalikan waktu semauku seharian. semalam sebelumnya aku akan mempercepat jalannya waktu agar hari jumat itu akan segera datang padaku. lalu ketika aku merasa itu terlalu cepat, aku akan memperlambat waktu agar aku bisa lebih santai menanti saat-saat itu tiba. kemudian sesaat sebelumnya aku akan memperlambat lagi waktu agar aku bisa lebih siap untuk bertemu denganmu, mempersiapkan segala yang perlu aku persiapkan, agar aku benar-benar terlihat "siap" di hadapanmu. kemudian ketika percakapan itu mulai terasa begitu dingin dan diluar kendali, aku pasti akan mempercepat lagi waktu itu, agar semua kebekuan itu segera mencair. dan ketika suasana mulai menghangat, aku akan memperlambat waktu lagi, agar momen itu lebih nyata, lebih dalam menembus syaraf memoriku sehingga tak kan pernah terhempas oleh memori momen-momen biasa lainnya. dan pada akhirnya ketika kau melempar salam dan senyum terakhir itu sebelum berlalu, lagi-lagi kan ku perlambat waktu, bahkan sekuat tenaga kan ku hentikan waktu, agar aku bisa lebih lama menikmati momen senyum hangat paling indah itu, sebelum aku kembali ke kehidupan nyata di mana tidak ada khayalan tentangmu. tidak ada khayalan untuk bersamamu. tidak ada khayalan untuk memilikimu.

momen itu sangat berarti buatku. waktu itu sangat berharga buatku. segelas coklat panas dan double vanilla topping itu masih terasa, sampai saat ini.

24 Mar 2011

inspire eve..

bulan sore itu indah sekali. ia tampak besar. ia tampak megah. ia tampak mempesona dengan hiasan siluet jingga dari extraksi momen senja yang cerah hari ini. setali tiga uang, awan pun demikian. lembut, bagai arsiran halus dalam sebuah sketsa yang tergambar abstrak dengan kanvas biru. memancing imajinasi tentang apa sebenarnya yang terlukis, dan apa sebenarnya maknanya. memancing impian yang tersembunyi di baliknya.

angkasa itu cermin kehidupan, kawan. hidup itu tidak selamanya polos seperti hamparan langit biru itu, karena awan akan selalu ada untuk menghiasinya. entah itu awan putih yang indah, atau pun awan mendung yang suram. tapi percayalah, tidak selamanya awan itu putih, dan tidak selamanya awan itu mendung. kau tak perlu bingung pada awan yang selalu berubah-ubah itu. karena di balik awan itu selalu ada bintang. bintang itulah yang akan menjadi petunjukmu kelak jika engkau sedang tersesat dalam indahnya awan putih itu ataupun suramnya awan mendung. bintang itu akan tetap di posisinya. ia tidak akan berpindah sedikit pun kecuali jika kau menggantinya dengan bintang yang lain.

tentukanlah bintangmu, kawan. suatu saat, ketika kau tersesat, perlahan sibaklah hamparan awan yang halus menutupi langit biru itu. kemudian bersabarlah menanti malam yang tenang. dan lihatlah bintangmu kan bersinar di atas sana.

17 Mar 2011

i just..

"hey,
aku mau kamu tahu satu hal.."


"..AKU SUKA SAMA KAMU.."


"..dan,
aku rasa itu cukup.."

*senyum, lalu aku berbalik menjauh, meninggalkanmu yang menurutku masih tak percaya dengan kata-kataku barusan..
aku juga tak percaya..

10 Mar 2011

no gain no pain..

tugas hari ini menumpuk. data pdb indonesia 10 tahu terakhir berdasarkan lapangan usaha dan penggunaannya pada matakuliah perekonomian indonesia belum ku cari. kemudian tugas menghafal materi perkuliahan ekonomi internasional minggu lalu, catatanku juga belum kusentuh sama sekali. padahal materi itu akan ditanyakan oleh dosen kepada kami satu per satu. andaisaja sistem "tanya paksa"nya tidak berdasarkan absen, aku bisa menggunakan alasan "alpa" minggu lalu agar bisa "sembunyi" dan "selamat" sehingga napasku akan sedikit lebih lega setidaknya sampai minggu depan. belum lagi, tugas manajemen operasional 2, perhitungan yang ribet, 6 nomor, beranak cucu lagi (pake a, b, c, dst minimal sampai abjad g). baru 2 nomor yang juga belum selesai kukerja, rasanya sdah capek. padahal 2 nomor tadi sudah kutulis dalam 3 halaman double folio. membayangkan 4 nomor berkutnya membuatku menahan napas, aku merasa semakin lelah. tiga tugas tadi harus di"lunasi" besok. oh, God.. help me..

sejenak aku berbaring. menengadah ke langit-langit kamarku yang mulai memudar warna putihnya. cahaya lampu sumpit ditengah susunan tripleks plafon itu sudah mulai temaram. sudah 2 kali lebaran haji, lampu itu masih mampu menyinari ruangan berukuran 3x3 meter itu. aku merenung dalam sepi malam kamis ini. jam dinding variasiku sudah menunjukkan pukul 11.49, wajar memang kalau aku sudah merasa lelah. suasana rumah juga sudah sepi. dan..
aku sadar..
aku punya rumah..
aku di rumah..
bukan kamar kos..

tidak ada alasan untuk bermalas-malasan, biar pun itu di rumah kita sendiri.

1 Mar 2011

memoriam, in a memoiring..

Hari itu, sekitar setahun yang lalu, rasa suka dan rasa duka menghampiriku dalam waktu yang hampir bersamaan. Rasa suka karena aku bertemu dengan seorang sahabat lama, dimana waktu telah memisahkan kami selama 7 tahun lebih. Semua sudah tampak berubah. Raut wajah polosnya sudah begitu dewasa. Tubuh idealnya tumbuh menggempal. Rambut cepaknya tumbuh lurus memanjang. Tapi satu yang tidak pernah berubah, tanngal lahir kami tetap sama. Ia, Muhammad Akbar Nusantara.

Masih tidak asing di ingatan kami, saat-saat ketika kami duduk sebangku, belajar, kerja tugas, menyontek, bahkan berkelahi, sesuatu yang tidak bisa dilewatkan ketika zaman seragam putih merah kala itu (sekarang, seragam SD sudah beragam warnanya, kayak pelangi atau warna permen saja). Akbar juga anak yang pintar di kelas. Nama kami sudah biasa bergantian menyandang gelar ranking satu setiap pergantian caturwulan. Kadang kalau sudah jam istirahat, ia mengajakku dan teman-teman lainnya ke rumahnya hanya untuk sekedar memamerkan mainan baru yang dibelikan oleh ibunya. Dan kalau sudah sampai di rumahnya, ia lebih dulu memastikan bahwa neneknya tidak ada, barulah kami bisa masuk. Neneknya selalu marah ketika Akbar membawa banyak temannya ke rumah. Dan akan lebih marah lagi kalau salah satu dari kami ada yang menyentuh tanaman kesayangannya, yang hanya berupa beberapa tangkai daun miyana, seingatku.

Cukup lama kami bercerita tentang masa kecil kami. kami saling menertawai keanehan, kebodohan, dan kepolosan kami waktu itu. Cerita tentang teman-teman lain juga tidak kalah lucunya. Hanya saja aku sudah agak lupa cerita lucu siapa yang diceritakan olehnya. Masih asyik aku berusaha mengingat-ingat lagi kejadian lucu masa kecil itu, Akbar lalu terdiam. menunduk. Senyumnya terhenti. Pelan ia mengangkat kepalanya lalu menoleh kearahku. Ia kemudian bertanya apa aku masih ingat dengan seorang teman yang bernama Muhammad Faisal. Ya, aku masih ingat, gumamku. Tetapi belum sempat aku menjawab, ia spontan berkata,
  "meninggal mi  Faisal.."

Aku hanya bisa diam. Suka berubah menjadi duka. Secara refleks, tangan kananku terangkat seolah ingin menahan kata-kata yang akan keluar dari mulutku. Beberapa detik kami terdiam. Aku berusaha memastikan Faisal yang ia maksud dengan menyebutkan ciri-cirinya, dan ia membenarkan. Aku berusaha lagi memastikan Faisal yang ia maksud dengan mengulang lagi ciri-cirinya, ia tetap membenarkan. Walaupun ia tahu bahwa aku ingin ia berbohong padaku tentang hal ini. Tapi, ia tidak bisa berbohong. Juga tidak ada alasan untuk berbohong padaku. Aku memang harus tahu itu, walau kadang kejujuran itu lebih menyesakkan dibanding kebohongan yang ditutup-tutupi.

Aku masih terdiam, dan akbar mulai melanjutkan apa yang ia ingin aku tahu tentang almarhum teman kami itu. Faisal sudah lama meninggal, tepatnya beberapa tahun setelah kami lulus SD. Ya, ia masih duduk di bangku SMP kala itu. Ia meninggal karena terkena demam berdarah. Katanya, waktu itu Faisal demam beberapa hari, tetapi ia tetap menolak untuk dibawa ke rumah sakit untuk berobat. Beberapa kali ibu dan kakaknya memaksa agar Faisal mau diajak berobat. Tetapi Faisal bersikeras menganggap bahwa dirinya hanya sedang demam biasa. Ibunya tidak bisa memaksa, walau dalam hatinya penuh dengan rasa khawatir atas kondisi kesehatan anaknya. Dan beberapa hari kemudian, kondisinya semakin memburuk, dan akhirnya Faisal meninggal.

Aku sama sekali tidak tahu kabar itu. Rumahku jauh dari kompleks SD itu. Juga tidak ada satu pun teman SD ku yang satu SMP denganku. Andai saja aku tahu kabar itu lebih awal. Ya Allah, ampunilah segala dosa-dosanya. Aku berdoa dalam diam.

Aku dan almarhum Faisal sama dekatnya dengan aku dan Akbar. Aku bahkan lebih sering ke rumah almarhum daripada ke rumah akbar. Keluarganya juga telah menganggapku sebagai bagian dari mereka. Masih segar dalam ingatanku, ketika kami sudah kelas V SD, diadakan bimbingan belajar tambahan di sekolah, yang waktunya dimulai satu jam setelah pelajaran berakhir, sampai lepas ashar sekitar pukul 4 sore. Karena rumahku jauh dari kompleks SD, sering aku ikut almarhum Faisal pulang ke rumahnya, sembari menunggu waktu pelajaran tambahan dimulai. Di rumahnya, kami biasa main game seperti anak-anak seusia kami lainnya. Ibunya selalu meyediakan makan siang buatku, walaupun aku juga selalu membawa bekal dari rumah karena tidak ingin merepotkan keluarga almarhum Faisal, yang sudah ditinggal oleh sosok ayah 2 tahun sebelumnya. Kata ibunya, memang semenjak ditinggal ayahnya, almarhum mulai sedikit berubah sifatnya. Almarhum mulai sering membentak, marah-marah tidak jelas, atau keluar rumah tanpa izin. Faisal kecil itu seolah stres di tinggal oleh sosok panutannya yang sangat ia idolakan. Aku bisa melihat perubahan itu di sekolah. Ia mulai malas belajar, kurang memperhatikan pelajaran, dan sedikit keras dalam pergaulan. Aku bisa mengerti perasaanya waktu itu.

Kini, Faisal telah bersama ayahnya, bersama sosok panutannya. Aku yakin, ia tenang di pelukan ayahnya, di alam sana.

Selamat tinggal, sahabat.

Terima kasih telah mengisi sebagian kecil dari rangkaian mozaik kehidupanku.

- Inna lillaahi wa inna ilaihi rojiun -

"menaklukkan" Mahameru : 5cm..

Sudah dua bulan berlalu semenjak perjalanan terakhirku ke mahameru. Menikmati setitik kedamaian di tengah carut marut aktifitas. Ya beginilah sebuah aturan main di dunia yang bernama realitas. Kadang waktu pun menuntutmu bertindak di luar kebiasaan dan daya nalarmu, melakukan hal-hal yang out of the box, agar kau bisa mengambil nafas sejenak, sebelum kembali tenggelam ke dalam rutinitas yang begitu menyibukkan. Dan Aku telah memilih mahameru sebagai tempat pelarian, karena bagiku, di puncak para dewa itu telah tersimpan suatu kekuatan keyakinan yang abstrak, menyadarkanku jika sesekali aku terlena dengan hingar bingar dunia yang membuatku keluar dari jalur keyakinanku akan semua mimpi-mimpiku.

Puncak Mahameru itu telah ku taklukkan dua kali. Tujuan yang sama. Jalan yang sama. Imajinasi yang sama. Orang-orang yang sama. Dan satu keyakinan akan mimpi yang sama. Masih jelas terukir dalam bayanganku ketika aku dan ke lima orang itu memulai perjalanan yang panjang dari Stasiun Senen menuju Stasiun Malang. lalu dilanjutkan dengan perjalanan singkat menuju daerah Tumpang. kemudian ber-jeep ria menuju Ranu Pane, dan memulai perjalanan dari kaki puncak para dewa itu.

Dinginnya malam dan hamparan bintang di langit menyelimuti mereka di Ranu Pane. Istirahat yang singkat sebelum memulai perjalanan panjang tak terlupakan. Udara subuh seketika menyambut langkah awal mereka menaklukkan Mahameru. Berjalan berlima di satu transisi malam dan siang. Melewati setengah hari perjalanan di medan yang tak bersahabat ditawar dengan pemandangan sebuah lembah hijau dengan danau di tengahnya, itu Ranu Kumbolo. Setelah lebih dua jam menikmati sebuah perwujudan surga Mahameru itu, perjalanan mereka lanjutkan. Melewati hamparan ilalang yang indah, kemudian menuruni kalimati yang gelap dan menakutkan, sebelum tiba dan menghabiskan semalaman di bukit cemara camp Arcopodo. Belum cukup menikmati indahnya malam, mereka melanjutkan sisa perjalanan penuh impian. Menapakkan kaki menaklukan sedikit lagi benteng kokoh yang mengelilingi puncak suci-nya. Perlahan, sang mentari pun menerangi jalan mereka. Walau masih agak temaram, mereka tetap melangkah mantap membelah jalan setapak dan cenderung menukik itu. Dan ketika matahari menerangi detik-detik akhir perjuangan mereka, tampak jelaslah hamparan daratan tertinggi di pulau jawa itu; Mahameru.

Sekali lagi, aku hanya bisa seolah menikmati. Menikmati perjalanan mereka yang ku anggap nyata. Menikmati kebersamaan dan kehangatan hubungan persahabatan mereka. Tapi aku juga turut merasakan betapa bahagianya mereka setelah mencapai mimpi mereka. Mimpi yang tak akan terwujud tanpa adanya dasar keyakinan. Dan keyakinan itu ada di sini, di kepala kita, di diri kita sendiri. Mereka; Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta, telah mebagi sebuah pengalaman tak terlupakan dari sebuah persahabatan, dan sebuah perjalanan menaklukkan puncak impian. Walaupun hanya dalam sebuah kisah fiksi, yang seolah menyajikan sebuah kisah nyata. Kisah nyata tentang situasi negara ini. Kisah nyata tentang persahabatan mereka. Kisah nyata tentang cita-cita mereka. Kisah nyata tentang cinta mereka.

Dua kali kutamatkan buku ini, dua kali pula aku menemukan kebahagiaan yang sama. Kebahagiaan yang mereka dapatkan dalam perjalanan mereka, dan dalam persahabatan mereka. Kebahagiaan dari keanehan zafran, kebahagiaan dari sifat santai arial, kebahagiaan kelulusan ian, kebahagiaan genta dari senyum bahagia riani. Dan aku merekomendasikan buku ini padamu, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa buku ini punya nilai cerita yang bagus, tetapi juga agar kau bisa merasakan kebahagiaan yang sama dengan yang Aku rasakan, yang mereka berlima rasakan. Kebahagiaan sebuah persahabatan yang selalu ada dan saling melengkapi. Kebahagiaan dari persahabatan yang Aku dan Kamu impikan.

Buat kalian yang telah "menaklukkan" mahameru,
DON'T STOP DREAMING !