1 Mar 2011

"menaklukkan" Mahameru : 5cm..

Sudah dua bulan berlalu semenjak perjalanan terakhirku ke mahameru. Menikmati setitik kedamaian di tengah carut marut aktifitas. Ya beginilah sebuah aturan main di dunia yang bernama realitas. Kadang waktu pun menuntutmu bertindak di luar kebiasaan dan daya nalarmu, melakukan hal-hal yang out of the box, agar kau bisa mengambil nafas sejenak, sebelum kembali tenggelam ke dalam rutinitas yang begitu menyibukkan. Dan Aku telah memilih mahameru sebagai tempat pelarian, karena bagiku, di puncak para dewa itu telah tersimpan suatu kekuatan keyakinan yang abstrak, menyadarkanku jika sesekali aku terlena dengan hingar bingar dunia yang membuatku keluar dari jalur keyakinanku akan semua mimpi-mimpiku.

Puncak Mahameru itu telah ku taklukkan dua kali. Tujuan yang sama. Jalan yang sama. Imajinasi yang sama. Orang-orang yang sama. Dan satu keyakinan akan mimpi yang sama. Masih jelas terukir dalam bayanganku ketika aku dan ke lima orang itu memulai perjalanan yang panjang dari Stasiun Senen menuju Stasiun Malang. lalu dilanjutkan dengan perjalanan singkat menuju daerah Tumpang. kemudian ber-jeep ria menuju Ranu Pane, dan memulai perjalanan dari kaki puncak para dewa itu.

Dinginnya malam dan hamparan bintang di langit menyelimuti mereka di Ranu Pane. Istirahat yang singkat sebelum memulai perjalanan panjang tak terlupakan. Udara subuh seketika menyambut langkah awal mereka menaklukkan Mahameru. Berjalan berlima di satu transisi malam dan siang. Melewati setengah hari perjalanan di medan yang tak bersahabat ditawar dengan pemandangan sebuah lembah hijau dengan danau di tengahnya, itu Ranu Kumbolo. Setelah lebih dua jam menikmati sebuah perwujudan surga Mahameru itu, perjalanan mereka lanjutkan. Melewati hamparan ilalang yang indah, kemudian menuruni kalimati yang gelap dan menakutkan, sebelum tiba dan menghabiskan semalaman di bukit cemara camp Arcopodo. Belum cukup menikmati indahnya malam, mereka melanjutkan sisa perjalanan penuh impian. Menapakkan kaki menaklukan sedikit lagi benteng kokoh yang mengelilingi puncak suci-nya. Perlahan, sang mentari pun menerangi jalan mereka. Walau masih agak temaram, mereka tetap melangkah mantap membelah jalan setapak dan cenderung menukik itu. Dan ketika matahari menerangi detik-detik akhir perjuangan mereka, tampak jelaslah hamparan daratan tertinggi di pulau jawa itu; Mahameru.

Sekali lagi, aku hanya bisa seolah menikmati. Menikmati perjalanan mereka yang ku anggap nyata. Menikmati kebersamaan dan kehangatan hubungan persahabatan mereka. Tapi aku juga turut merasakan betapa bahagianya mereka setelah mencapai mimpi mereka. Mimpi yang tak akan terwujud tanpa adanya dasar keyakinan. Dan keyakinan itu ada di sini, di kepala kita, di diri kita sendiri. Mereka; Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta, telah mebagi sebuah pengalaman tak terlupakan dari sebuah persahabatan, dan sebuah perjalanan menaklukkan puncak impian. Walaupun hanya dalam sebuah kisah fiksi, yang seolah menyajikan sebuah kisah nyata. Kisah nyata tentang situasi negara ini. Kisah nyata tentang persahabatan mereka. Kisah nyata tentang cita-cita mereka. Kisah nyata tentang cinta mereka.

Dua kali kutamatkan buku ini, dua kali pula aku menemukan kebahagiaan yang sama. Kebahagiaan yang mereka dapatkan dalam perjalanan mereka, dan dalam persahabatan mereka. Kebahagiaan dari keanehan zafran, kebahagiaan dari sifat santai arial, kebahagiaan kelulusan ian, kebahagiaan genta dari senyum bahagia riani. Dan aku merekomendasikan buku ini padamu, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa buku ini punya nilai cerita yang bagus, tetapi juga agar kau bisa merasakan kebahagiaan yang sama dengan yang Aku rasakan, yang mereka berlima rasakan. Kebahagiaan sebuah persahabatan yang selalu ada dan saling melengkapi. Kebahagiaan dari persahabatan yang Aku dan Kamu impikan.

Buat kalian yang telah "menaklukkan" mahameru,
DON'T STOP DREAMING !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar