13 Apr 2011

"perasaan" vs "logika"

sulit rasanya mau memulai dari mana. aku bingung. aku bimbang. aku kacau. kata-kata yang sudah ada di dalam pikiranku dan sudah tersusun rapi kini terhempas berhamburan. sulit rasanya untuk merangkainya kembali dalam waktu singkat dan dalam tekanan emosiku, dalam tekanan perasaanmu. butuh waktu lama tentunya, dan aku rasa waktu kan enggan menungguku menyelesaikan kata-kata itu sembari ia mulai mengubah apa yang ada dalam hatimu.

baiklah. biarkan waktu berlalu membawa sisa-sisa perasaanmu yang pastinya kini telah berubah, tidak sama dengan perasaanmu waktu itu. biarkanlah waktu pergi sembari perlahan menghapus memori itu dari pikiranmu yang akan tergantikan dengan memori-memori indah berikutnya. biarkan waktu menjauh. meninggalkan aku dan perasaanku yang sepertinya luput dari pengawasan sang waktu, atau memang waktu yang enggan membawanya menjauh dari diriku. membiarkanku hanyut dalam rasa bersalah akibat ketidaktegasan logika melawan perasaan.

logika tidak akan pernah menang melawan perasaan. dan perasaan memang tidak diciptakan untuk dilawan dengan logika, tapi untuk dimengerti.
Published with Blogger-droid v1.6.8

30 Mar 2011

aku dan novel itu..

novel itu buatmu. dari aku. tebalnya gak seberapa dibanding semua koleksi novelmu yang lain. ceritanya juga gak se-romantis dengan novel terbaikmu, atau pun kisah cintamu sekalian. harganya juga tidak seberapa, masih lebih murah dibanding dengan uang jajanmu seminggu, dengan sebuah jalan cerita yang mungkin tidak habis kau baca dalam dua minggu, tiga minggu, atau bahkan lebih dari itu.

tapi setidaknya novel itu dari aku. ada aku dalam 46 chapter di dalamnya. ada aku dalam setiap lembaran jalan cerita indah dan mengindahkan dalam prosa sastranya. ada aku dalam tiap rangkaian kata dan kalimat-kalimat penuh makna, penuh rasa. ada aku dalam satu novel "polos" tanpa nama.

27 Mar 2011

let the time goes by..

andai saja aku adalah chang dalam serial heroes, hari itu mungkin menjadi satu-satunya hari dimana aku akan menggunakan hampir semua kemampuanku untuk mengendalikan waktu semauku seharian. semalam sebelumnya aku akan mempercepat jalannya waktu agar hari jumat itu akan segera datang padaku. lalu ketika aku merasa itu terlalu cepat, aku akan memperlambat waktu agar aku bisa lebih santai menanti saat-saat itu tiba. kemudian sesaat sebelumnya aku akan memperlambat lagi waktu agar aku bisa lebih siap untuk bertemu denganmu, mempersiapkan segala yang perlu aku persiapkan, agar aku benar-benar terlihat "siap" di hadapanmu. kemudian ketika percakapan itu mulai terasa begitu dingin dan diluar kendali, aku pasti akan mempercepat lagi waktu itu, agar semua kebekuan itu segera mencair. dan ketika suasana mulai menghangat, aku akan memperlambat waktu lagi, agar momen itu lebih nyata, lebih dalam menembus syaraf memoriku sehingga tak kan pernah terhempas oleh memori momen-momen biasa lainnya. dan pada akhirnya ketika kau melempar salam dan senyum terakhir itu sebelum berlalu, lagi-lagi kan ku perlambat waktu, bahkan sekuat tenaga kan ku hentikan waktu, agar aku bisa lebih lama menikmati momen senyum hangat paling indah itu, sebelum aku kembali ke kehidupan nyata di mana tidak ada khayalan tentangmu. tidak ada khayalan untuk bersamamu. tidak ada khayalan untuk memilikimu.

momen itu sangat berarti buatku. waktu itu sangat berharga buatku. segelas coklat panas dan double vanilla topping itu masih terasa, sampai saat ini.

24 Mar 2011

inspire eve..

bulan sore itu indah sekali. ia tampak besar. ia tampak megah. ia tampak mempesona dengan hiasan siluet jingga dari extraksi momen senja yang cerah hari ini. setali tiga uang, awan pun demikian. lembut, bagai arsiran halus dalam sebuah sketsa yang tergambar abstrak dengan kanvas biru. memancing imajinasi tentang apa sebenarnya yang terlukis, dan apa sebenarnya maknanya. memancing impian yang tersembunyi di baliknya.

angkasa itu cermin kehidupan, kawan. hidup itu tidak selamanya polos seperti hamparan langit biru itu, karena awan akan selalu ada untuk menghiasinya. entah itu awan putih yang indah, atau pun awan mendung yang suram. tapi percayalah, tidak selamanya awan itu putih, dan tidak selamanya awan itu mendung. kau tak perlu bingung pada awan yang selalu berubah-ubah itu. karena di balik awan itu selalu ada bintang. bintang itulah yang akan menjadi petunjukmu kelak jika engkau sedang tersesat dalam indahnya awan putih itu ataupun suramnya awan mendung. bintang itu akan tetap di posisinya. ia tidak akan berpindah sedikit pun kecuali jika kau menggantinya dengan bintang yang lain.

tentukanlah bintangmu, kawan. suatu saat, ketika kau tersesat, perlahan sibaklah hamparan awan yang halus menutupi langit biru itu. kemudian bersabarlah menanti malam yang tenang. dan lihatlah bintangmu kan bersinar di atas sana.

17 Mar 2011

i just..

"hey,
aku mau kamu tahu satu hal.."


"..AKU SUKA SAMA KAMU.."


"..dan,
aku rasa itu cukup.."

*senyum, lalu aku berbalik menjauh, meninggalkanmu yang menurutku masih tak percaya dengan kata-kataku barusan..
aku juga tak percaya..

10 Mar 2011

no gain no pain..

tugas hari ini menumpuk. data pdb indonesia 10 tahu terakhir berdasarkan lapangan usaha dan penggunaannya pada matakuliah perekonomian indonesia belum ku cari. kemudian tugas menghafal materi perkuliahan ekonomi internasional minggu lalu, catatanku juga belum kusentuh sama sekali. padahal materi itu akan ditanyakan oleh dosen kepada kami satu per satu. andaisaja sistem "tanya paksa"nya tidak berdasarkan absen, aku bisa menggunakan alasan "alpa" minggu lalu agar bisa "sembunyi" dan "selamat" sehingga napasku akan sedikit lebih lega setidaknya sampai minggu depan. belum lagi, tugas manajemen operasional 2, perhitungan yang ribet, 6 nomor, beranak cucu lagi (pake a, b, c, dst minimal sampai abjad g). baru 2 nomor yang juga belum selesai kukerja, rasanya sdah capek. padahal 2 nomor tadi sudah kutulis dalam 3 halaman double folio. membayangkan 4 nomor berkutnya membuatku menahan napas, aku merasa semakin lelah. tiga tugas tadi harus di"lunasi" besok. oh, God.. help me..

sejenak aku berbaring. menengadah ke langit-langit kamarku yang mulai memudar warna putihnya. cahaya lampu sumpit ditengah susunan tripleks plafon itu sudah mulai temaram. sudah 2 kali lebaran haji, lampu itu masih mampu menyinari ruangan berukuran 3x3 meter itu. aku merenung dalam sepi malam kamis ini. jam dinding variasiku sudah menunjukkan pukul 11.49, wajar memang kalau aku sudah merasa lelah. suasana rumah juga sudah sepi. dan..
aku sadar..
aku punya rumah..
aku di rumah..
bukan kamar kos..

tidak ada alasan untuk bermalas-malasan, biar pun itu di rumah kita sendiri.

1 Mar 2011

memoriam, in a memoiring..

Hari itu, sekitar setahun yang lalu, rasa suka dan rasa duka menghampiriku dalam waktu yang hampir bersamaan. Rasa suka karena aku bertemu dengan seorang sahabat lama, dimana waktu telah memisahkan kami selama 7 tahun lebih. Semua sudah tampak berubah. Raut wajah polosnya sudah begitu dewasa. Tubuh idealnya tumbuh menggempal. Rambut cepaknya tumbuh lurus memanjang. Tapi satu yang tidak pernah berubah, tanngal lahir kami tetap sama. Ia, Muhammad Akbar Nusantara.

Masih tidak asing di ingatan kami, saat-saat ketika kami duduk sebangku, belajar, kerja tugas, menyontek, bahkan berkelahi, sesuatu yang tidak bisa dilewatkan ketika zaman seragam putih merah kala itu (sekarang, seragam SD sudah beragam warnanya, kayak pelangi atau warna permen saja). Akbar juga anak yang pintar di kelas. Nama kami sudah biasa bergantian menyandang gelar ranking satu setiap pergantian caturwulan. Kadang kalau sudah jam istirahat, ia mengajakku dan teman-teman lainnya ke rumahnya hanya untuk sekedar memamerkan mainan baru yang dibelikan oleh ibunya. Dan kalau sudah sampai di rumahnya, ia lebih dulu memastikan bahwa neneknya tidak ada, barulah kami bisa masuk. Neneknya selalu marah ketika Akbar membawa banyak temannya ke rumah. Dan akan lebih marah lagi kalau salah satu dari kami ada yang menyentuh tanaman kesayangannya, yang hanya berupa beberapa tangkai daun miyana, seingatku.

Cukup lama kami bercerita tentang masa kecil kami. kami saling menertawai keanehan, kebodohan, dan kepolosan kami waktu itu. Cerita tentang teman-teman lain juga tidak kalah lucunya. Hanya saja aku sudah agak lupa cerita lucu siapa yang diceritakan olehnya. Masih asyik aku berusaha mengingat-ingat lagi kejadian lucu masa kecil itu, Akbar lalu terdiam. menunduk. Senyumnya terhenti. Pelan ia mengangkat kepalanya lalu menoleh kearahku. Ia kemudian bertanya apa aku masih ingat dengan seorang teman yang bernama Muhammad Faisal. Ya, aku masih ingat, gumamku. Tetapi belum sempat aku menjawab, ia spontan berkata,
  "meninggal mi  Faisal.."

Aku hanya bisa diam. Suka berubah menjadi duka. Secara refleks, tangan kananku terangkat seolah ingin menahan kata-kata yang akan keluar dari mulutku. Beberapa detik kami terdiam. Aku berusaha memastikan Faisal yang ia maksud dengan menyebutkan ciri-cirinya, dan ia membenarkan. Aku berusaha lagi memastikan Faisal yang ia maksud dengan mengulang lagi ciri-cirinya, ia tetap membenarkan. Walaupun ia tahu bahwa aku ingin ia berbohong padaku tentang hal ini. Tapi, ia tidak bisa berbohong. Juga tidak ada alasan untuk berbohong padaku. Aku memang harus tahu itu, walau kadang kejujuran itu lebih menyesakkan dibanding kebohongan yang ditutup-tutupi.

Aku masih terdiam, dan akbar mulai melanjutkan apa yang ia ingin aku tahu tentang almarhum teman kami itu. Faisal sudah lama meninggal, tepatnya beberapa tahun setelah kami lulus SD. Ya, ia masih duduk di bangku SMP kala itu. Ia meninggal karena terkena demam berdarah. Katanya, waktu itu Faisal demam beberapa hari, tetapi ia tetap menolak untuk dibawa ke rumah sakit untuk berobat. Beberapa kali ibu dan kakaknya memaksa agar Faisal mau diajak berobat. Tetapi Faisal bersikeras menganggap bahwa dirinya hanya sedang demam biasa. Ibunya tidak bisa memaksa, walau dalam hatinya penuh dengan rasa khawatir atas kondisi kesehatan anaknya. Dan beberapa hari kemudian, kondisinya semakin memburuk, dan akhirnya Faisal meninggal.

Aku sama sekali tidak tahu kabar itu. Rumahku jauh dari kompleks SD itu. Juga tidak ada satu pun teman SD ku yang satu SMP denganku. Andai saja aku tahu kabar itu lebih awal. Ya Allah, ampunilah segala dosa-dosanya. Aku berdoa dalam diam.

Aku dan almarhum Faisal sama dekatnya dengan aku dan Akbar. Aku bahkan lebih sering ke rumah almarhum daripada ke rumah akbar. Keluarganya juga telah menganggapku sebagai bagian dari mereka. Masih segar dalam ingatanku, ketika kami sudah kelas V SD, diadakan bimbingan belajar tambahan di sekolah, yang waktunya dimulai satu jam setelah pelajaran berakhir, sampai lepas ashar sekitar pukul 4 sore. Karena rumahku jauh dari kompleks SD, sering aku ikut almarhum Faisal pulang ke rumahnya, sembari menunggu waktu pelajaran tambahan dimulai. Di rumahnya, kami biasa main game seperti anak-anak seusia kami lainnya. Ibunya selalu meyediakan makan siang buatku, walaupun aku juga selalu membawa bekal dari rumah karena tidak ingin merepotkan keluarga almarhum Faisal, yang sudah ditinggal oleh sosok ayah 2 tahun sebelumnya. Kata ibunya, memang semenjak ditinggal ayahnya, almarhum mulai sedikit berubah sifatnya. Almarhum mulai sering membentak, marah-marah tidak jelas, atau keluar rumah tanpa izin. Faisal kecil itu seolah stres di tinggal oleh sosok panutannya yang sangat ia idolakan. Aku bisa melihat perubahan itu di sekolah. Ia mulai malas belajar, kurang memperhatikan pelajaran, dan sedikit keras dalam pergaulan. Aku bisa mengerti perasaanya waktu itu.

Kini, Faisal telah bersama ayahnya, bersama sosok panutannya. Aku yakin, ia tenang di pelukan ayahnya, di alam sana.

Selamat tinggal, sahabat.

Terima kasih telah mengisi sebagian kecil dari rangkaian mozaik kehidupanku.

- Inna lillaahi wa inna ilaihi rojiun -

"menaklukkan" Mahameru : 5cm..

Sudah dua bulan berlalu semenjak perjalanan terakhirku ke mahameru. Menikmati setitik kedamaian di tengah carut marut aktifitas. Ya beginilah sebuah aturan main di dunia yang bernama realitas. Kadang waktu pun menuntutmu bertindak di luar kebiasaan dan daya nalarmu, melakukan hal-hal yang out of the box, agar kau bisa mengambil nafas sejenak, sebelum kembali tenggelam ke dalam rutinitas yang begitu menyibukkan. Dan Aku telah memilih mahameru sebagai tempat pelarian, karena bagiku, di puncak para dewa itu telah tersimpan suatu kekuatan keyakinan yang abstrak, menyadarkanku jika sesekali aku terlena dengan hingar bingar dunia yang membuatku keluar dari jalur keyakinanku akan semua mimpi-mimpiku.

Puncak Mahameru itu telah ku taklukkan dua kali. Tujuan yang sama. Jalan yang sama. Imajinasi yang sama. Orang-orang yang sama. Dan satu keyakinan akan mimpi yang sama. Masih jelas terukir dalam bayanganku ketika aku dan ke lima orang itu memulai perjalanan yang panjang dari Stasiun Senen menuju Stasiun Malang. lalu dilanjutkan dengan perjalanan singkat menuju daerah Tumpang. kemudian ber-jeep ria menuju Ranu Pane, dan memulai perjalanan dari kaki puncak para dewa itu.

Dinginnya malam dan hamparan bintang di langit menyelimuti mereka di Ranu Pane. Istirahat yang singkat sebelum memulai perjalanan panjang tak terlupakan. Udara subuh seketika menyambut langkah awal mereka menaklukkan Mahameru. Berjalan berlima di satu transisi malam dan siang. Melewati setengah hari perjalanan di medan yang tak bersahabat ditawar dengan pemandangan sebuah lembah hijau dengan danau di tengahnya, itu Ranu Kumbolo. Setelah lebih dua jam menikmati sebuah perwujudan surga Mahameru itu, perjalanan mereka lanjutkan. Melewati hamparan ilalang yang indah, kemudian menuruni kalimati yang gelap dan menakutkan, sebelum tiba dan menghabiskan semalaman di bukit cemara camp Arcopodo. Belum cukup menikmati indahnya malam, mereka melanjutkan sisa perjalanan penuh impian. Menapakkan kaki menaklukan sedikit lagi benteng kokoh yang mengelilingi puncak suci-nya. Perlahan, sang mentari pun menerangi jalan mereka. Walau masih agak temaram, mereka tetap melangkah mantap membelah jalan setapak dan cenderung menukik itu. Dan ketika matahari menerangi detik-detik akhir perjuangan mereka, tampak jelaslah hamparan daratan tertinggi di pulau jawa itu; Mahameru.

Sekali lagi, aku hanya bisa seolah menikmati. Menikmati perjalanan mereka yang ku anggap nyata. Menikmati kebersamaan dan kehangatan hubungan persahabatan mereka. Tapi aku juga turut merasakan betapa bahagianya mereka setelah mencapai mimpi mereka. Mimpi yang tak akan terwujud tanpa adanya dasar keyakinan. Dan keyakinan itu ada di sini, di kepala kita, di diri kita sendiri. Mereka; Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta, telah mebagi sebuah pengalaman tak terlupakan dari sebuah persahabatan, dan sebuah perjalanan menaklukkan puncak impian. Walaupun hanya dalam sebuah kisah fiksi, yang seolah menyajikan sebuah kisah nyata. Kisah nyata tentang situasi negara ini. Kisah nyata tentang persahabatan mereka. Kisah nyata tentang cita-cita mereka. Kisah nyata tentang cinta mereka.

Dua kali kutamatkan buku ini, dua kali pula aku menemukan kebahagiaan yang sama. Kebahagiaan yang mereka dapatkan dalam perjalanan mereka, dan dalam persahabatan mereka. Kebahagiaan dari keanehan zafran, kebahagiaan dari sifat santai arial, kebahagiaan kelulusan ian, kebahagiaan genta dari senyum bahagia riani. Dan aku merekomendasikan buku ini padamu, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa buku ini punya nilai cerita yang bagus, tetapi juga agar kau bisa merasakan kebahagiaan yang sama dengan yang Aku rasakan, yang mereka berlima rasakan. Kebahagiaan sebuah persahabatan yang selalu ada dan saling melengkapi. Kebahagiaan dari persahabatan yang Aku dan Kamu impikan.

Buat kalian yang telah "menaklukkan" mahameru,
DON'T STOP DREAMING !

23 Feb 2011

dalam dua setengah jam..

sabtu sore, 15.00 wita. semua sudah siap. barang2 kami memenuhi sepertiga dari kapasitas bagasi mobil. aku sudah 5 menit duduk di belakang kemudi, sembari memanaskan mesin, dan menikmati alunan lagu favorit penambah semangat sebelum perjalanan jauh itu dimulai.

ruas jalan perkotaan terasa padat dan panas. belum 30 menit yang lalu kami berpamitan dan berpesan kepada abang dan di sulung yang akan menjaga rumah dua hari ini, kami belum juga melewati perbatasan gowa. jembatan kembar yang menjadi patokan perjalanan jauhku itu pun masih setengah perjalanan lagi. huh, kelamaan.

15.58, sepintas kulihat penunjuk waktu digital pada dasbor mobil keluaran toyota milik ayah. sudah hampir sepertiga perjalanan yang telah kami lalui. suasana padat kota telah kami lewati, terbayar dengan pemandangan sawah ladang yang subur nan sejuk di daerah takalar. aku mulai mengemudi santai, tapi cepat dan penuh kendali. ayah yang duduk disebelahku masih setia menuntunku, menjadi co-driver ku yang sigap, dan penuh pengalaman. di jalan luar kota seperti ini, ayah memang lebih berpengalaman melahap medan. tapi setelah aku sudah mulai terampil mengemudi, aku tak pernah lagi mengizinkan ayah untuk berkendara sendiri, bahkan di luar kota seperti ini.

kadang kala ayah marah ketika aku agak ceroboh mengendalikan laju mobil. tapi ayah segera mengerti, jiwa muda anaknya yang mudah panas itu ia siram perlahan dengan nasehat2 yang sangat menyejukkan. ibu yang duduk sendiri di belakang, juga ikut membantu "mengemudi" lewat doa yang tak henti2nya ia panjatkan dalam hati.

16.51, kami mampir di sebuah mesjid sederhana, di pinggiran kota kabupaten jeneponto. menunaikan kewajiban kami yang pasti akan terlewatkan jika kami melanjutkan perjalanan. kali ini, ayah yang jadi "driver", memimpin kami dalam perjalanan menuju ridho-Nya. sejenak, kami melupakan sepertiga sisa perjalanan berikutnya, tenang dalam ibadah kepada-Nya.

17.41, gerbang batas kabupaten jeneponto-bantaeng sudah di depan mata. ayah selalu nyeletuk, "ih, bantaeng mih. nda dirasa", ketika melihat pintu masuk tanah kelahirannya. senyumnya selalu merekah, perasaannya selalu riang, meluapkan kerinduannya akan sebuah daerah dimana masa kecilnya ia habiskan dengan penuh suka cita.

aku mengerti perasaan ayah. ku kurangi kecepatan, ku biarkan lambat, ku berikan kesempatan kepada ayah untuk menikmati setiap meter pemandangan kampung halamannya, yang ketika itu sudah mulai diselimuti siluet senja dari matahari yang tak lama lagi kan tenggelam di pantai di sebelah barat jalan. ayah membuka tigaperempat kaca disebelahnya, merasakan sejuknya angin berhembus dari pantai yang menembus batang2 pohon kelapa di sebelah kanan, kemudian beradu dengan aroma luas ladang persawahan yang mulai menguning di sebelah kiri jalan. sungguh perpaduan yang indah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

perjalanan makassar-bantaeng sejauh 120km itu memberiku banyak pelajaran. bentangan alam sepanjang perjalanan itu memberiku segudang tanggung jawab, yang melekat erat dalam kendaliku, agar semuanya bisa ku antar selamat sampai ke tempat tujuan. tanggung jawab sebagai seorang anak sekaligus bekal sebagai seorang pria, tersaji dalam perjalanan dua setengah jam itu. ya, walaupun hanya dua setengah jam, tapi tak sesingkat esensi dari perjalanan itu sendiri.

17 Feb 2011

oksimoron..

Yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Hanya rasa seorang pria yang wajar kepada wania yang tak lebih dari kagum semata

Yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Hanya rasa rindu tuk menyapa yang lekas sirna setelahnya

Yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Melainkan hanya setumpuk kata-kata tanpa makna yang ingin ku ungkapkan bila bersamanya

Yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Hanya tekanan batin untuk lebih akrab dengan senyumannya

Yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Tapi hanya sebuah sinkronisasi tak menentu ketika mataku bertemu matanya

Yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Hanya keinginan tuk saling memiliki yang (tak ku mengerti seberapa) dalam kepadanya

Yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Hanya sebuah perhatian yang "lebih" dari sebuah rasa "peduli" dan "mengerti"

Tolong yakinkan aku bahwa rasa ini bukan cinta,
Melainkan aku hanya sekedar suka..

Tapi bila rasa ini memang benar-benar cinta,
Yakinkan aku bahwa cinta ini tidak akan salah.

16 Feb 2011

a memoiring..

Yang namanya memori, pasti tidak lepas dari masa lalu yang telah kita lewati. Kadang kita merasa seperti baru kemarin kita merasakan betapa lugunya masa taman kanak2, asyiknya masa sekolah dasar, serunya masa sekolah menengah pertama, bahagianya masa sekolah menengah atas, dan menantangnya masa kuliah saat ini. semua punya ke-unik-an n ke-asyik-an masing2. ke-lebih-an dan ke-kurangan-an, ke-bahagia-an dan ke-kecewa-an..

walaupun tidak semua kenangan itu indah, tetap saja ada ke-indah-an tersendiri ketika kita berusaha membuka kembali lembaran demi lembaran yang terangkum dalam kitab kenangan yang tidak akan pernah lupa dimana kita meletakkannya di dalam pikiran kita.

walaupun kadang lembaran2 itu agak sulit untuk dibuka, tetap saja lembaran itu akan selalu ada. tak selembar pun kan hilang atau tercecer, mungkin hanya butuh waktu untuk melepaskannya dari lembaran sebelumnya yang tak sengaja terekat oleh zaman.

bagaikan menyusun rangkaian puzzle, semua punya tempat masing2, yang selalu berkesan ketika kita mencoba mrangkai lagi puzzle tersebut ke tempatnya masing2, meningat2 kembali di mana potongan puzzle yang ini harus terpasang, dan pada akhirnya melengkapi satu gambaran memori kita scara utuh tentang sebuah masa lalu, masa muda yg sangat berkesan..

untuk kalian, teman2, yang telah melengkapi potongan2 puzzle yang sedang kurangkai saat ini..
thanks, for all..

11 Feb 2011

thanks, darl..

thanks for bring me the light into my dark..
thanks for give me a hands to rise my fall..
thanks for show me a smile to wipe my sad..

but, i'm sorry,

i just can bring you a little love for a greatest thankful for your light, your hands, and your smile.

10 Feb 2011

love..

am i need a love?
am i need to love?
am i need to be loved?

do you need a love?
do you need to love?
do you need to be loved?

i don't love you, darl..
and you don't love me too..

but my love is loves your love..
and your love has loves my love..

love is belongs to love it self, not to belong to you or me..

8 Feb 2011

resume 2 pria..

Malam ini dingin dan sepi. Ya, sepi. Ibu, dan kedua kakakku sudah terlelap di ''peraduan dua dunia'' mereka masing2. Ayah masih asyik menyaksikan ''aduan politik'' yang malam ini tayang di tiga stasiun tv swasta. Pariwara selalu menjadi tanda, saatnya mengganti chanel. Sedang aku, di ruang tamu masih asyik berbalas pesan singkat dengan seorang teman lama.

Sesekali ayah menoleh ke arah ruang tamu di sebelah kirinya, mungkin sedikit lelah melihat adu ''kebohongan'' dari tv yang menyiarkan debat politik di arah kanannya. Ayah melihatku sejenak, lalu menoleh kembali ke arah tv. Beberapa saat kemudian, ayah kembali menoleh, lalu menoleh balik lagi. Seolah dengan melihatku, rasa lelahnya dan kantuknya sedikit terobati.

Ya, hanya aku dan ayah. Sering kami mendapati momen seperti ini. Hanya kami. Hanya 2 laki-laki. Saling berbagi dan bercerita kisah masing2.

Saat aku mengadu tentang satu hal yang menurutku itu sulit, ayah membalas dengan menceritakan pengalaman masa lalunya. Ia tidak menjawabku. Ia tidak membenarkanku. Ia tidak jua menyalahkanku. Tapi ia membimbingku. Ia mengajariku berpikir. Ia menuntunku belajar menjadi seorang pria, seperti dirinya.

''tidur, nak!'', perintah terakhirnya malam ini. Jarum jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Tak terasa, sejam terakhir aku merampungkan resume sebuah memori, antara aku dan ayah.

31 Jan 2011

tiga hari kemudian..

"i'm back!
you miss me, huh ??
absolutely
ahahah :)"

itulah status pertama yang aku tuliskan setelah 3 hari lamanya aku men-"deactivated" akun fb milikku. uuaaahhh.. kangen banget sama fb, kangen banget sama kalian semua. *lebay..xD

senang rasanya "connect" lagi dengan kalian, setelah tiga hari "disconnect". tiga hari yang membosankan menurutku. tiga hari tanpa melihat apa yang kalian lakukan. tiga hari tanpa merasakan rasa senang yang kalian rasakan. tiga hari tanpa memahami rasa kesal yang kalian rasakan. tiga hari tanpa mengerti rasa rindu yang kalian rasakan, padaku. ahahaha..

sekarang aku tahu, rasanya hidup tanpa "teman". ya, fb sudah aku anggap sebagai teman. teman yang menemani ketika aku bosan. teman yang memahami ketika aku senang atau susah. "dia" selalu ada kalo aku sedang kesal. selalu ada kalo aku lagi senang. selalu ada ketika aku ingin  berbagi cerita. selalu ada ketika aku sedang merindukan seseorang di sana. "dia", teman yang tidak pernah protes dengan apa pun yang saya "share" dengannya.

mungkin seperti itulah sebuah "gambaran" tentang teman sejati. teman yang selalu mau mendengarkan apa keluhan kita. tidak peduli memberi solusi atau gak. yah, setidaknya sedikit beban kita telah "ia" ringankan.

facebook telah mengajarkan kita untuk mendengarkan, memahami, dan mengerti. tiga hal yang merupakan tujuan dasar dari sebuah komunikasi. tiga hal yang kadang kita lupakan dalam sebuah pertemanan. tiga hal yang mampu dikalahkan hanya dengan satu ego. manusia membutuhkan komunikasi. tanpa komunikasi, kita bukanlah manusia. dan facebook, walaupun ia bukan manusia, hanya sebuah situs pertemanan, tapi ia lebih bisa untuk disebut sebagai teman. tanpa ada ego, ia "mendengarkan, "memahami", dan "mengerti".

buat teman2 semua,
kalian adalah "the real friend"..
please, be a "friend", for your "friend", for a "friendship"..

30 Jan 2011

tiga hari tanpa facebook..

apa arti facebook buat kamu??
yah, pasti jawabannya macam2. ada yang bilang kalo fb (facebook, red) itu tempat eksis2an, atau tempat curhat, atau tempat berbagi cerita dengan teman2, atau apalah. memang di zaman "connect to connect" seperti sekarang ini, fb atau situs jejaring sosial lainnya (twitter, koprol, myspace, dll) punya pengaruh yang tidak sedikit. banyak dari kita (adminnya juga, xp) yang memanfaatkan hampir setiap waktu untuk "update status", "upload foto", "comment", atau hanya sekedar "like" status orang lain.

aku juga punya akun fb (siapa yah yang masih gak punya akun fb??). hampir tiap hari "log in", sampe2 aku sudah hampir bosan tiap "log in" selalu ditanya "what's on your mind?". "there's nothing on my mind! i jus want to check out my friend activity, just it! you got it, mark!!!", huh..

tapi yah mau di apain lagi. toh aku memang butuh fb (gak mau ketinggalan jaman. hehee..). walaupun tidak tiap hari "ng-update", tapi itu tadi, setidaknya aku bisa mengetahui apa yang sedang dilakukan atau sedang dirasakan oleh teman2, mencoba mengerti apa yang mereka tuL1z d1 sT4tuZ, mencoba memahami apa yang mereka rasakan dalam curhatan mereka, mencoba merasakan sudut pandang mereka dalam sebuah foto yang mereka "upload".

back to the topic, kali ini aku akan mencoba untuk tidak nge-fb dulu (koprol sama fb emang jarang dibuka). yah, 3 hari kayaknya cukup (tadinya pengen seminggu, tapi baru sehari, beh, udah gak tahan. :p ). dan hasilnya, . . . . . *eits, nanti yah. tunggu di postingan selanjutnya. hehee.. xD

*buat teman2, maaf ya..
just for a moment, kok. i'll be back, ok! i know you miss me so bad. ahahah..

28 Jan 2011

satu kisah abadi..

sepulang dari rumah seorang paman, ibu masih saja menyinggung masalah yang tadi dibicarakan. perselisihan seorang keponakan (sepupuku) dengan calon istrinya masih menjadi cerita hangat buat ibu. ia tidak habis pikir, hanya karena masalah sepele, pernikahan itu terancam dibatalkan.

"dulu kita ndada yang kayak begitu. ndada istilahnya pacar2an. pokoknya kalo sudah ketemu, terus baku suka, pergimi dilamar. sekarang anak2 sudah pacaran, tunangan, eh malas putus ditengah jalan."
begitu keluh ibu dalam perjalanan. ia bercerita tentang masa mudanya dulu. tidak ada istilah pacaran, katanya. kalo sudah suka, ya langsung lamar, trus nikah deh. begitu singkatnya.

kemudian, ibu bercerita tentang masa mudanya bersama ayah. mereka berkenalan di kampus. ya, mereka kuliah di institut yang sama. awalnya cuman saling menyapa. kemudian, ayah memberanikan diri berkenalan, walaupun ibu sudah mengenal namanya lebih dulu.

"ndada yang nda kenal bapakmu dulu. gayanya paling necis di kampus. dosen saja masih pake sepeda, bapakmu sudah pake vespa.", seru ibu sambil sedikit tersenyum mengingat masa indah itu.
perjalanan masih lama. aku sengaja mengarahkan mobil ke jalan yang agak padat, supaya aku bisa mendengar cerita ibu lebih lama. "seru, nih!", gumamku dalam hati.

ibu melanjutkan, katanya, setelah berkenalan, ayah sering mampir ke rumah tempat ibu tinggal (dulu ibu numpang di rumah pamannya). sering berkunjung ke rumah dengan berbagai alasan, akhirnya ayah sudah di kenal di keluarga ibu. tidak ada satu pun kata cinta yang terucap dari keduanya, hanya tatapan penuh makna, dan sebuah senyuman.

kisah cinta yang singkat menurutku, tapi perjalanan "cinta" mereka kenyataannya tidak berjalan sesingkat itu. ayah harus menunggu 6 tahun lamanya sampai lamarannya di terima oleh ibu. maklum, ibu sudah berjanji kepada kedua orang tuanya (kakek dan nenekku) untuk tidak menikah sebelum ibu dapat pekerjaan tetap.dan ayah, ia dengan sabar menunggu ibu sampai tahun ke-6, setelah ibu mendapat pekerjaan tetap.

setelah menikah, ayah masih harus bersabar. sk pegawai ibu menetapkan bahwa ibu harus ditempatkan di ambon, yang memakan perjalanan kurang lebih 2 hari dengan menggunakan kapal laut dari makassar. hampir setahu ibi di sana. hanya sesekali kembali ke pelukan suaminya tercinta. sungguh perjuangan cinta yang tidak ada duanya.

ibu pun mengakhiri kisahnya. kunyalakan lampu weser kiri, kemudian kutekan klakson untuk menandakan bahwa aku sudah sampai di depan rumah. kakakku yang berada diruang tamu, segera membukakan pagar. ibu turun duluan, aku masih memarkirkan mobil agar rapi. sebelum turun, aku sejenak termenung, diiringi lagu allways be my baby dari david cook yang masih mengalun dari head unit mobil pada channel 105,1 fm. betapa sabarnya ayah, menanti balasan cinta ibu, tanpa ada satu pun kata cinta yang keluar dari mulut mereka. sungguh sangat berbeda dengan sekarang, para muda-mudi dengan mudahnya mengucap kata cinta, lalu mereka campakkan cinta itu begitu saja. semoga aku bisa se-sabar ayah, menunggumu, wahai cinta.

aku berjalan menuju kamarku yang berada di bagian belakang bangunan rumah. sepintas kulihat ayah dengan peci putihnya sedang membaca koran di ruang tengah. di depan pintu kamar, sejenak aku berhenti, meluangkan waktuku beberapa detik melihat foto mereka berdua yang dipajang di dinding ruang keluarga. aku tersenyum. haru.

lalu aku palingkan wajahku ke ruang tengah melihat sosok pria renta berpeci itu, "aku ingin sesabar dirinya". kupalingkan lagi ke dinding ruang keluarga, "sebahagia mereka".


I ALWAYS LOVE THEM BOTH..
AND I LOVE YOU TOO, BABY..

27 Jan 2011

jenuh..

rasa bosan sore ini benar2 mengusikku. laptop dan gitar sudah tidak manjur lagi untuk mengobati jenuhku. spontan saja aku memutuskan untuk keluar menuju zona nyamanku, sendiri. tanpa tujuan memang, tapi itulah tujuanku. sepeda motorku melaju perlahan. tangan kananku memutar santai setang gas, menyesuaikan dengan tangan kiri yang melepas perlahan tuas kopling. angin sepoi-sepoi lembut menerpa wajahku, yang kubiarkan tidak terlindungi oleh kaca helm hafl-faceku. angin sore ini juga membelai hatiku, menenangkan sedikit rasa gerah yang menyelimuti kesendiriannya.

memang kali ini aku ingin merasakan santai se-santai2nya. tidak peduli dengan pengendara lain yang mungkin mencibir melihat gayaku. tidak peduli dengan deru klakson pengendara setelahku. tidak peduli dengan langit yang mengancam dengan menunjukkan mendungnya. ah, yang penting santai, pikirku.

aku berkendara santai meliuk-liuk di tengah kepadatan jalan protokol yang meyerupai arteri kehidupan kota. sesekali kulihat beberapa pengendara mobil yang sedikit iri melihatku yang dengan mudahnya mendahului mereka. "saya duluan, ya!", gumamku dalam hati. kepadatan kota ini sedikit menghiburku. mengurangi lagi rasa jenuh yang tadi juga sudah sedikit terhempas angin sore.

puas menikmati hiburan di padatnya lalu lintas tengah kota, aku berkendara menuju barat kota. ya, pantai, tentu saja. sore ini lagi cerah. langit yang sedari tadi mengancam belum jua membuktikan ancamannya. ramai. lebih ramai, malahan. sudah lama aku tidak menginjakkan kaki lagi di pantai ini. para muda-mudi itu tetap setia menghiasi lengkungan anjungan. penjual pisang epe' pun ikut setia menghiasi di garis tengahnya. aku memilih duduk agak jauh dari lengkungan cinta itu, karena jelas, tidak ada yang menemaniku. sesekali kulihat sepasang dari mereka, tersenyum, bercanda, berpegangan tangan. kemudian kulihat sepasang lainnya. sama, tersenyum, bercanda, berpegangan tangan. kemudian aku tertunduk.

kupalingkan wajahku ke laut, tepat di hadapanku. menatap jauh, mencoba menembus ujung pantai seberangnya. mataku memang tak bisa menembusnya, tapi hatiku bisa. kubuang segala sisa kejenuhan yang menyesaki batinku, seiring dengan deru ombak yang menghempas. kepada laut, kuceritakan apa yang aku rasakan saat ini. kuceritakan betapa penatnya hari ini, kuceritakan betapa jenuhnya aku hari ini, kuceritakan betapa rindunya aku hari ini. matahari mulai mengintip, seolah ikut memperhatikan kisah yang kuceritakan kepada laut dari kejauhan.

sebelum pulang, tak lupa pula kukirimkan salam rindu, buatmu. berharap laut kan mengantarkannya jauh ke seberang, tempat dimana dirimu berada, sekarang.

aku menutup kisahku.
matahari pun berlalu.
menenggelamkan dirinya dalam senja yang sendu.


25 Jan 2011

thank's God, we met again..

rasanya kemaren kami masih pake seragam putih biru. sekarang, putih abu2 pun sudah kami lewati. ya, sudah lima tahun kami terpisah melanjutkan studi masing2 di sekolah berbeda menurut keinginan kami (dan intervensi orang tua, tentunya). masih teringat potongan-potongan kecil memori kami waktu smp. belajar bersama. bercanda bersama. makan bersama. main bersama (waktu smp kami "masih" main2.. :)). dan kami kembali menyusun potongan2 kecil itu hari ini, 14 november 2010.

muhammad akbar wira satria
yah, as you see, he's still black, and always will be. ahahaha. dia jago maen bola, matematika, fisika, dan mengejek. ya, mengejek. di kelas, tidak satu pun teman2 yang tidak kebagian ejekan dari si toolbar ini (lha, jadi saia yang ngejek). masih jelas dalam ingatan penulis, seorang teman yang dicalla abis2an, dari nama nenek buyutnya, kakek buyutnya, om, tante, bapak, ibu, sampai adik-kakaknya. bahkan sampai dibuatkan lagu malahan. ckckck. kelewatanko, 'bar. tapi itu juga yang membuat kelas kami lebih berwarna.

mustainah
"pendek skali namamu". kalimat itu yang terucap dari kepala sekolah kami waktu itu, sir iskandar fellang, sembari mengejek muste', yang juga keponakannya sendiri (paman yang aneh). pernah juga dia dibilang "tainahmusta", dan lagi2 oleh pamannya sendiri (betul2 paman yang aneh). waktu itu kami hanya bisa ketawa cekikikan, belum terpikir bahwa pak iskandar memang seorang guru bahasa inggris yang pintar dan sekaligus paman yang aneh.
muste adalah siswi tertua di kelas, kelahiran '88. eits, jangan salah sangka, dia pintar kok, gak pernah tinggal kelas, sumpah!!.. hehehe..

ulfiah rahmadhani
si bureng (dulu. skarang, nda taumi. hehe..). slalu duduk di depan. slalu naik ke papan kerjakan tugas matematika, fisika, bahasa arab, de el el. selalu angkat tangan berusaha menjawab pertanyaan sejarah, geografi, fiqih, de el el. selalu mengundang decak kagum kami ketika berhasil menjawab pertanyaan dengan singkat dan tepat. selalu mengutamakan profesionalitas dalam menjadi seorang "siswa" di kelas, termasuk kepada kekasih hatinya waktu itu yang juga sekelas dengan kami. mungkin itu yang memotivasi dirinya untuk belajar dan menjadi juara kelas, mengalahkan si do'i yang harus puas di ranking 2. sayangnya waktu itu penulis tidak punya pacar. huh..

andi tenriawaru
happy classmate. selalu ceria. tapi dia pintar, terutama dalam berdiskusi dan beretorika. tidak ada satupun yang bisa mengalahkannya beradu argumen, termasuk aku (kek tong pintar bemana ini penulis ka). yah, jiwanya memang ada dalam sebuah diskusi. cuma dia biasa nyeletuk tidak nyambung plus garing, trus langsung salah tingkah dan bertingkah manja seperti seorang anak kecil yang menyanyi di atas panggung, kemudian lupa lirik di tengah2 lagunya, sambil kebingungan, sambil mencari-cari ibunya, lalu dengan segudang rasa malu berkata, "ihh, nda kutaukiiii...". huh.. anak yang aneh..

eh, satu lagi, dia musuh bebuyutan pak japar karena tidak pandai berhitung.

riska arisandi
dipanggil khieka. bukan "dipanggil" sebenarnya, tapi dia yang nyuruh2 orang supaya panggil dia khieka. tapi masih banyak yang panggil dia riska. bahkan om-nya muste kalo ngabsen lebih suka menyebut nama belakangnya yang juga nama bapaknya. mungkin bapaknya riska sama om-nya muste dulu teman sekolah. ahaha..
hhmmm.. dia pintar; cerdas; open minded; cantik; manis; imut-imut, tapi kalo dengar cerewetnya; suara bombastisnya; sama bahasa makassarnya, minta ampun dah. seperti remaja kebanyakan, dia juga suka gosip. apalagi kalo udah ketemu sama teman2 se-genknya, lina, rahmiah, mufti, dan mukhlis (nah lho). 
satu lagi, kalo udah mau pulang musti nyari penulis dulu, abis cewek manis ini takut digodain sama kawanan supir angkot, sekaligus gak tahan jauh2 dari penulis. ehm..ehm..*devillaugh.

ahmad sidiq yusuf razak
ini partner gue. tidak kalah cerewetnya dengan khieka (ini versi cowoknya). tidak kalah pacalla-nya dengan akbar. dan tidak kalah cerianya dengan mazten. dan pastinya tidak kalah tampannya dengan sang penulis. dia paling sering keluar masuk kelas unggulan. sempat masuk di kelas 2 semester awal, terus keluar di semester akhir, lalu masuk lagi di kelas 3 semester awal, lalu keluar lagi di semester akhir. ibunda-nya guru kami, mengajar mata pelajaran sejarah kebudayaan islam. *kangen ummiiii..
pecinta wanita sejati. di sekolah pernah terlibat hubungan spesial dengan 3 wanita di 3 kelas berbeda, padahal  masih smp lho. playboy abiss ni anak. ckckck..
bisa dibilang, dia "asli temen" buat penulis. sorry, is not personally, but overall exactly. tidak pernah lupa teman. susah sama susah, senang sama senang. masih ingat waktu itu ada lomba pmr di sekolah laen, trus pesertanya (termasuk penulis dan sidiq), harus datang lebih pagi, jam 6, buat persiapan lomba. kebetulan penulis emang belum sempat sarapan. tiba2 si boy ini datang, bawa satu bungkus energen sereal sama air hangat. dia nawarin, tapi penulis nolak, karena itu kan cuman satu bungkus, tidak cukup buat kami berdua. tapi dia terus maksain, gak mau nyeduh kalo penulis juga gak ikut minum. akhirnya penulis minum, dan rasanya.. mmmm.. rasa persahabatan sejati ma meen. thanks, boy. *twothumbsup

terakhir, si penulis
muhammad chaerul
pintar; cakep; ganteng; cerdas; rajin sholat; suka menabung, *nah lho. mungkin terlalu objektif kalo penulis mendeskripsikan sendiri dirinya. tapi kurang lengkap rasanya kalo satu personel uniquely seven ini tidak dideskripsikan. okelah..
di kelas, saya biasa dipanggil chaerul, cerul, atau yuyun. yang terakhir itu nama panggilan di rumah. teman2 lebih pilih nama rumahku karena lebih mudah untuk disebut. dan itu juga membuat saya lebih merasa nyaman berada diantara mereka. *loveuall,guys
dulu saya dikenal sebagai siswa yang pintar dalam pelajaran bahasa inggris dan komputer. mereka semua sudah pernah saya kasih contekan (sombong kaali bah.. hahaa..). 
hmm..apa lagi di'??
ah, sudahmi deh. keknya hanya itu yang saya ingat dari diri saya sendiri. (penulis aneh)

back to the topic,
dari 40 teman kelas kami waktu itu, setelah membuat beberapa perjanjian dan pengumuman melalui sebuah jejaring sosial, hanya kami ber-tujuh yang bisa datang (teman2 lain, maap yah..tapi kami juga rindu kalian. :)). pertemuan kecil itu diawali di sekolah kami dulu, tepat di depan kelas kami, kelas unggulan.

rencana perjalanan ke bantimurung bukanlah inti dari acara kami, tapi pertemuan dan kebersamaan itulah yang menjadi acara inti sekaligus acara puncak. tidak peduli sesingkat apa kebersamaan kami kali ini. tidak peduli sesederhana apa perayaan pertemuan kami kali ini. tidak peduli.. (apa lagi bagus..). yang penting kami ketemu.


maaf teman, tulisan ini baru di posting hari ini. tapi asal kalian tahu, tulisan ini sudah ada sesaat setelah pertemuan kita beberapa bulan yang lalu. kebersamaan waktu itu menginspirasiku. persahabatan ini mengilhamiku. dan kalian membangkitkan semangatku. maaf juga, kisah kita kali ini hanya bisa kutuang dalam sebuah blog memori sederhana, dengan cerita sederhana, dengan tampilan dan tulisan sederhana. tapi satu yang pasti, bersahabat dengan kalian tidak sesederhana itu..


to be countinued..

24 Jan 2011

desperado..

hari yang ''complicated'' banget..

i'm desperate..

blank..

speechless..

perasaan saya diuji, emosi saya diuji, kesabaran saya diuji, persahabatan saya diuji, dan harga diri saya diuji..

ya Tuhan,
hamba memohon pertolonganMu..
aamiin..

22 Jan 2011

hujan pun menangis..


"dunia.. oh, dunia.."
"hujan pun menangis.."
"cintaku ditelan dunia.."

"langit.. oh, langit.."
"hatiku teriris.."
"cinta matiku tlah pergi.."

ini bukan puisi lho, tapi sepenggal lirik lagu dari om anang. judulnya, hujan pun menangis. akhir2 ini saya memang lagi suka sama ni lagu (anak penyanyinya juga. ahaha). melow ya. melow banget. kasian si om. tapi saya gak lagi melow lho. just like to listen it, sumpah!

di makassar memang lagi musim hujan. hujan deras malahan. mungkin karena faktor cuaca ini yang membuat saya lagi suka dengan lagu si om, terutama kalo pas lagi hujan derasnya, biar ane "triak2 nge-jrengg2 gitar salah bener asal maen", toh gak ada yang terganggu. gak ada yang dengar. lebih besar suara hujannya daripada mengangisnya. ahahaha..

trus yang jadi masalah,
nanti kalau kemarau lagunya bagaimana yah???

18 Jan 2011

andaikan semua bisa lebih mudah..

tidak terasa sudah 5 semester aku menyandang status mahasiswa. Aku suka jadi mahasiswa. Aku suka kuliah. Aku suka kampus ini. Aku suka teman-teman kampusku (lawan jenis, pastinya). Aku suka makanan kantin kampusku. Aku suka semuanya.

Tetapi ada 1 hal yang aku tidak suka..

..urus KRS..

Ya, urus KRS. Aku tidak (begitu) suka dengan kegiatan ''belanja'' mata kuliah itu. Aku tidak suka berdiri berdesak-desakan di bank membayar SPP. Aku tidak suka berurusan dengan birokrasi kampus. Aku tidak suka bapak yang duduk di meja tempat pengumpulan berkas yang sering tidak adil (pada pria tentunya). Aku tidak suka harus berhadapan mendengar ceramah PA yang kelamaan sebelum menandatangani KRSku (tanda tangan aja kok susah amat, kelamaan). Aku tidak suka belajar terpisah dengan teman-teman andalanku di kelas mata kuliah yang baru.

Huuhh..
Andai saja semua bisa lebih mudah. Semudah aku menulis posting-an ini.

13 Jan 2011

kamu serius??

"Kenapa dulu gak masuk kedokteran, Di??"
"Emang gue bisa?? Dulu kan gue dapet kelas IPS di SMA. Hapalin satu torso aja gak kuat. Hehee..''
''Kamu pasti bisa. Emang kamu pinter kok. Dari waktu smp dulu, aku tahu kalo kamu itu orangnya pinter, cepet belajarnya.''
''Ah, loe bisa aja, Rin.. Emang bisa, dari ekonomi loncat ke kedokteran? Gimana ya titelnya? Ahaha..''
''Bisa kok. Jadi nanti kamu dokternya, trus aku perawatnya. Hehee..'', senyum manisnya terbayang melintas di depan mata Adi.
''Iya juga ya. Enakan loe dong, udah hampir dapet gelar S1 Keperawatan. Nah gue, dapet S.E. aja masih lama..'', Adi tahu dia bisa, demi Rina. Dan Rina mencoba menyemangati.
''Kamu ambil S2 di kedokteran aja. Trus kalo udah jadi dokter, boleh deh lamar aku.. Hehee..''
Adi terkejut melihat isi pesan singkat dari Rina, gadis yang dulu sempat mengisi khayalan Adi sewaktu SMP dari kelas 2 sampai kelas 3 semester awal.
Adi tertegun. Ia bingung, memikirkan isi balasan pesan singkat yang akan Ia kirimkan ke Rina.
Dalam hati Ia bergumam,
''Loe serius, Rin?''