15 Okt 2010

thanks, rijal..

siang itu aku pun bersiap memenuhi undangan rijal ke rumah kak vio tanpa tau apa yang telah dia rencanakan. sesampainya disana hanya ada kak vio, hiksan, dan 2 orang yang tidak saya kenal sama sekali.

"apa mau dibikin sebentar, kah?"
"mensurvey bede'", hiksan menjawab pertanyaanku.
"trus mana mi rijal?"
"masih d rumahnya diah, samaki aan", jawab hiksan, lagi.

tak lama berselang, mereka semua sudah datang. tak kusangka ternyata rijal hebat juga mempengaruhi kami, 10 orang teman sejurusan untuk datang berkumpul ke rumah kak vio tanpa kami tahu betul  apa yang akan kami lakukan. dia benar-benar mempraktekkan jurus persuasif yang ia dapatkan dari kegiatan berlembaga di kampus.

"oke, ini pembagiannya, liatko namamu, trus ini kolom daerah yang kau survey", sahut rijal.
ternyata jurus persuasif rijal masih cetek, buktinya banyak dari kami yang protes dengan pembagian daerah survey yang tidak merata, dari 2 kelurahan yang akan disurvey tiap pasangan, ternyata jaraknya sangat berjauhan.

sekali lagi rijal menyusun kembali kelurahan yang akan kami survey, dan kali ini semua sepakat, terutama aku.

kali ini aku mungkin sangat beruntung ikut ajakan si workaholic itu. alasan pertama, daerah surveyku adalah kelurahan rumahku, akan sangat mudah untuk menyelesaikan survey  yang benar-benar memanggang kulit di siang bolong itu. dan yang kedua, ehm, diah. ya, dia partnerku untuk survey kali ini. tidak akan ada, atau mungkin hanya sedikit ocehan dari gadis manis dan penyabar itu. tidak akan ada celotehan malas-malasan, keluhan panas-panasan, malu-malu, dan  segala keluhan lain yang mungkin membuat puasaku kali ini nyaris batal. aku hanya perlu menahan hawa panas yang memeras kerongkonganku selama beberapa jam kemudian. tapi setelah melihat diah, aku rasa ini mudah. ah, semua nyaman, semua aman, pikirku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar